Masih pagi buta, (28/10/23) ketika kapal penumpang Kendari – Raha baru saja buang jangkar di pelabuhan, –di zaman masih kerajaan, kapal ini disebutnya Lambo. Suasana dalam kapal pun masih adem-adem, nyaris sunyi senyap dan seolah diam membisu menyambut bagi yang temaram itu.

Lapak kuliner tradisional Kota Raha

Kira-kira sepeminum teh kemudian. Kesenyapan itu dipecah oleh suara-suara langkah berlarian, desak mendesak, dan sesekali panggilan yang sedikit-sedikit dapat dipahami artinya itu terus menggema yang menghentak pada dinding-dinding kapal. Dan dari dalam kamar, selimut anti dingin disingkapkan guna menyambut para penjemput yang sudah stay di pintu gerbang.

Seperti barisan semut, satu persatu penumpang menuruni tangga besi, beragam gaya dipertontonkan, menggendong bayi, menjinjing tas, hingga terlihat para pemanggul barang-barang antrian di pintu kapal, sehingga kenikmati sejuk pagi yang membawa kabar angin laut itu menyapuh para komunitas pelabuhan yang sabang hari dan malam seolah tak pernah tidur. Suasana seperti ini selalu mengabarkan keindahan hidup di pesisir ini.

Lalu lintas pelabuhan pun menjadi ramai, tentu para sopir angkutan umum menawarkan jasa ke mana saja tujuan disebut, mulai dari Kota Raha, Muna Selatan, hingga beberapa kota kecamatan di kabupaten Muna Barat dan Buton Tengah.

Rombongan lain, adalah kafilah para pendamping desa yang baru saja mengikuti Pelatihan P3PD Kemendesa PDTT Sultra di Kendari, Ia pun turut dalam keramaian pagi itu. Rombongan kecil ini disupiri oleh TAPM Muna Barat, Ali Samdin, didamping Pendamping Desa Tongkuno Nur Arduk yang akrab dipanggil Gus Duk, melingkari pesisir menuju utara, turut hadir Aswin Syarifuddin, TAPM Kab.Buton Utara, dan beberapa PD dan PLD.

Disepanjang jalan hasil desaign mantan Bupati Muna Ridwan BAE, kafilah ini menuju kawasan kuliner, warga setempat menyebutnya Lapak atau tempat pelelangan ikan. Namun TPI kali ini agak berbeda dengan yang lain, karena disini disediakan lapak-lapak kuliner dengan menu khas. Khas Muna dengan berbagai racikan makanan yang berbahan baku ikan segar.

Perapian di depan lapak-lapak sedari subuh sudah mengepul, menebarkan aroma ikan bakar, udang bakar, cumi bakar, berbaur membakar selera dan terus mengalirkan air liur. Disinilah lapak ikan baru paling segar yang dimiliki oleh seluruh Sulawesi Tenggara.

Ikan-ikan yang dijual pada lapak sebelah itu juga hasil tangkapan alami oleh pemancing, bukan hasil potas, seanida, setrum apalagi bom. Puas memoloti bangunan-bangunan ini dengan segala aktivitasnya, maka perhatian berpindah ke bahan santapan.

Punya keasiyikan tersendiri ketika menguliti kulit-kulit ikan yang hangus namun isi daging memperlihatkan putih kemerah-merahan, — yang menandakan denyut ingsan baru saja berhenti, akan memancing selera para pemesan.

Ikan-ikan ini tersaji di piring-piring besar di atas tembok, ditambah dengan dengan aneka makanan olahan yang berbahan ubi kayu atau ketela pohon, kasuami, lapa-lapa, buras dan yang lainnya.

Apalagi disiram dengan sayur bening daun kelor, semakin menambah kehangat  suasana pagi dimana sang surya baru bertengger di atas ekosistem pegunungan Buton Utara di arah masyriq.

Mengkonsumsi sayur kelor yang hangat bagi warga disini pun cukup unik, tidak pakai sendok. Cukup langsung disedok dengan bibir pada mangkuk-mangkuk yang memang pas.

Sehingga kunjungan ke Raha atau pada sudut daratan Muna bagian lain tidak sah rasanya, kalau tidak menjambangi lapak-lapak yang bujur dari selatan ke utara. Disinilah ikan-ikan segar, ikan karang, dapat dinikmati sepuas-puasnya.

Sambil membolak-balikkan sajian, mata ini memandangi punggung gunung Buton Utara yang masih berselimut kabut, memandangi bulatan bola raksasa dengan sinar keemasan yang muncul di balik halimun. Purnama di jejak pagi hari.

Itulah Muna,…

Dengan kesan bahwa daratan Muna adalah wilayah yang sangat kaya potensi darat dan laut, beragam budaya, dan sarat akan kearifan lokal dan nilai-nilai trasendental yang terwarisi hingga generasi kini.

Alangkah indahnya negeri ini, Wuna Barakati, tanah impian bagi semua orang dan bagi anak kelahirannya akan selalu memanggilnya untuk pulang, dalam haribaannya. (s.darampa)

By darampa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *