Perjalanan Bang Jay kali ini adalah mengunjungi Desa Bantea Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah. Bang Jay akan mengulas beberapa potensi wisata di desa ini khusunya produk yang menjadi unggulan yakni jambu mete bakar khas Desa Bantea.
“Ini kebetulan saya sudah bersama pak desa dan owner jambu bakar, Pak Ari. Saya ingin berbincang mengenai potensi wisata dan produk unggulan Desa Bantea Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah Provinsi Sulawesi Tenggara.” ujar Bang Jay
La Udi, Kepala Desa Bantea mengaku di desanya ada beberapa potensi wisata yang saat ini sedang dikembangkan salah satunya adalah potensi wisata hutan jati.
“Potensi wisata yang ada di Desa Bantea ada wisata berupa hutan jati alam Bantea tumbuh dan berumur puluhan tahun terbentang sekitar 20 hektar. Di dalam hutan jati alam tersebut kami pelihara sehingga tidak mudah dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.” ujarnya
Dalam wisata hutan jati ada beberapa potensi wisata lainnya seperti tebing Wambena Oleo, Goa Watulea, Goa Lapinda, Terowongan Posampamo, dan Telaka Kotamaha.
“Menurut saya bayangan pengembangan potensi wisata ini, kita tetap bertumpu pada perhatian dari instansi terkait khusunya Dinas Pariwisata. Dengan dukungan dari Dinas Pariwisata kita akan lebih banyhak berbuat.” ujarnya
Owner Jambu mete bakar La Ari mengatakan, ia bersama kelompok pencinta alam Desa Bantea senantiasa menyuarakan bahwa desa ini adalah desa yang memiliki potensi wisata yang luar biasa.
“Sebelumnya saya selaku Ketua KPA Bantea, sangat bersyukur desa kami sudah diberi SK oleh kabupaten bahwa desa kami masuk sebagai desa wista. Oleh karenanya potensi wisata seperti halnya hutan jati alam yang berusia ratusan tahun di Sulawesi Tenggara ini hanya ada di Desa Bantea.”
Adapun pengunjung yang berwisata di Bantea sudah mulai banyak. Salah satunya adalah Ketua Yayasan Pariwasata Desa yang pada saat itu juga sempat menginap di Desa Bantea selama empat malam.
“Namanya Mangku Kandia, saat itu beliau menginap selama empat malam dan beliau mengatakan Desa Bantea dengan jati alam berusia ratusan tahun sudah menjadi penyuplai oksigen dunia, sehingga potensi ini harus dijaga dengan sebaik-baiknya.” ujarnya
Produk unggulan desa jambu mete alam Bantea sangat diminati oleh masyarkat luar. Dapat dilihat dari semua pejabat yang berkunjung di Buton Tengah yang selalu disuguhkan adalah produk ini.
“Produk ini kita terinspirasi karena tingginya konsumsi jambu mete. Namun kami berusaha memunculkan rasa original dari mete itu sendiri dengan berbagai proses akhirnya lahirlah produk jambu mete bakar ini. Dan bahagianya, jambu bakar ini belum ada dimana-mana. Hanya ada di Desa Bantea. Yang menjadi oleh-oleh dan suguhan bagi tamu tamu daerah.” ujarnya
Penyebaran produk ini sudah melalangbuana ke seluruh dunia seperti halnya Mr. Robin yang sudah beberapa kali memesan jambu mete bakar.
“Ada banyak orang yang sudah memesan jambu mete bakar ini seperti halnya Mr. Robin, mahasiwa di Madina, orang Prancis, Rusia, perantau Malaysia, Singapura. Sudah ratusan bungkus. Ada juga yang berangkat kuliah di Arab Saudi, semua memesan jambu bakar ini. Apalagi di wilayah nusantara, alhamdulillah sudah banyak yang kenal.” ujar La Ari
La Udi selaku Kepala Desa Bantea berharap giat giat promosi wisata dan produk unggulan Desa Bantea senantiasa dilakukan dengan bantuan kolaborasi dari berbagai pihak.
“Tentunya kami saat ini kesulitan. Awalnya kami menggunakan kuali besi namun dilarang, dan sampai saat ini yang digunakan adalah kuali stenlis yang langusung dibawa dari Pulau Jawa. Kami berharap semoga mendaptakan perhatian untuk pengembangan potensi wisata dan produk unggulan kami.” tutupya