KOLAKA – SC. Desa Amomutu Kecamatan Samaturu Kabupaen Kolaka Sulawesi Tenggara juga merupakan lumbung pangan bagi Kolaka, dam kabupaten tetangganya. Hal ini terlihat hamparan sawah-sawah yang luas dengan sistem irigasi yang bagus, sehingga petani tidak lagi terhalang untuk memulai menanam karena tidak ditergantungkan lagi oleh musim. “Alhmadhulillah kami tidak tergantung musim, karena pengiaran mengalir terus,” ungkap Abd.Haris, Kades Amomutu yang terpilih ketiga kalinya ini.

Disisi lain, Kades ini juga terus melakukan pembenahan infrastruktur bagi warganya, termasuk bantuan bedah rumah bagi yang kurang mampu. “Tetapi point pada bedah rumah terpaksa ditunda dari rencana Pebruari atau Maret lalu. Hal ini terjadi karena untuk mengurangi tudingan politis terhadap 4 KK yang menerima bantuan bedah rumah,” sambungnya.

“Sengaja bantuan bedah rumah ditunda, saya takutkan nanti dikira itu bagian dari kampanye saya. Jadi untuk memurnikan jalannya Pilkades, kegiatan-kegiatan yang bisa menimbulkan salah pikir bagi warga, maka sengaja ditunda,” ungkap Kades. Semiggu setelah Pilkades, dan kebetulan dirinya terpilih kembali ketiga kalinya, maka ke-44 KK tersebut dipanggil untuk segera membeli peralatan atau kebutuhan ramuan rumah.

“Ini kegiatan bedah rumah tidak diproyekkan kepada warga lain, termasuk ke TPK, jadi sy minta itu warga penerima bantuan bedah rumah untuk datang sendiri ke toko bangunan di kota Kolaka untuk membeli sendiri bahan-bahannya, utamanya zemen, besi dan lainnya,” tambahnya. Jika bahan-bahan itu sudah ada silahkan dikerja sendiri sesuai dengan petunjuk dari TPK atau tukang.

Areal persawahan beririgasi di Desa Amomutu

Hal lain adalah pembenahan jalan-jalan produksi, di sebelah jalan ini ada dusun di atas gunung. Namun awalnya belumlah pemukiman yang ramai, hanya berupa rumah-rumah kebun. Karena memang itu kawasan adalah perkebunan, apalagi diujung batas desa ini kawasan pehutanan sosial seluas 150 hektar.

Tetapi hal ini kurang diakses, meski ada juga pesantren di atas gunung itu lantaran jalan kesana tidak bagus, jalan tanah, tanjakan dan licin. Namun karena melihat potensi tersebut, selama dua periode lalu, pihaknya selalu memprioritaskan pembangunan jalan tersebut, selain beton juga dikeruk untuk mengurangi tanjakan, sehingga jalan tersebut selain luas dan bisa dilewati mobil sampai di pesantren, bahkan beberapa kilometer lagi ke depan juga telah dibeton, meski memang cukup untuk motor.

Dengan akses jalan ini, selain memperlancar distribusi hasil-hasil kebun langsung ke pasar-pasar maupun dijemput oleh para tengkulak, juga membuat harga tanah /lahan semakin mahal, sehingga warga yang dulunya tidak optimal mengurus lahan / kebunnya sekarang justru lebih memilih menghabiskan hari-harinya di atas gunung, bahkan warga dari desa-desa lain telah mengakses juga jalan beton dan luas ini.

Dengan periode ketiganya, fokus tetap untuk pengembangan kawasan pertanian dan hortikultura ini, bahkan memungkinkan untuk memekarkan lagi satu dusun baru di puncak. (isra / editor : juned)

By darampa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *